Seorang petani mempunyai beberapa anak anjing yang ia harus jual. Ia pun membuat brosur iklan mengenai 4 anak anjing tersebut. Setelah itu, ia pun mulai menyebarkan iklan tersebut ke sejumlah wilayah dengan cara memakunya ke pohon-pohon besar. Saat ia hendak menancapkan brosur iklan terakhir, seorang anak kecil menghampirinya dari belakang. "Tuan," katanya, "Saya ingin membeli salah satu anak anjing Anda."
"Yah," kata si petani, sambil mengusap keringat dari tengkuknya, "anak anjing ini datang dari induk yang baik dan harganya sangat mahal."
Anak itu menjatuhkan kepalanya sejenak. Kemudian menjangkau jauh ke dalam sakunya. Pada saat tangan kanannya keluar, sejumlah uang ada dalam genggamannya. Uang tersebut diberikan ke petani. "Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah itu cukup untuk melihatnya?"
"Tentu," kata si petani. Ia pun mengajak si anak kecil berjalan dengannya ke rumah. Sesampainya di halaman depan rumah, sang petani ini pun bersiul memanggil salah satu anak anjingnya. "Sini, Dolly!" ucapnya. Anak anjing yang dipanggil pemiliknya itu pun keluar.
Dengan langkah terpatah-patah, Dolly si anak anjing pun mendatangi sang petani. Anak kecil ini begitu senang dengan kehadiran Dolly. Dengan riangnya ia pun mengelus bulu anak anjing tersebut. Tak lama kemudian, petani itu pun meminta sang anak kecil mengembalikan anjing tersebut karena waktu untuk melihat dan bermain sudah habis.
Pada saat Dolly dilepas dan kembali bermain dengan 3 anak anjingnya yang lain, anak kecil ini pun menyatakan kepada si petani ingin memiliki salah anjing miliknya."Saya ingin satu," kata anak kecil, menunjuk Dolly. Petani itu berlutut di samping anak itu dan berkata, "Nak, kamu tidak akan ingin anak anjing itu. Ia tidak akan pernah bisa berlari dan bermain seperti anjing lainnya." Anak kecil itu pun tersenyum dan mulai menggulungkan salah satu celananya. Betapa kagetnya sang petani karena salah satu kaki anak tersebut dipasangkan penyangga kaki.
"Anda lihat Pak, saya sendiri juga tidak berjalan terlalu baik, dan anjing lucu tersebut sepertinya membutuhkan seseorang yang mengerti akan keadaan dirinya" ujar anak kecil tersebut. Dengan penuh air mata, petani pun membungkukkan badannya. Tangannya terlihat mengambil seekor anak anjing yang tadi ia panggil. Dengan hati-hati ia pun menyerahkan Dolly kepada anak kecil tersebut. "Berapa?" tanya anak kecil itu. "Gratis," jawab petani, "Tidak ada biaya untuk yang namanya kasih."
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” (I Petrus 1:22).
"Yah," kata si petani, sambil mengusap keringat dari tengkuknya, "anak anjing ini datang dari induk yang baik dan harganya sangat mahal."
Anak itu menjatuhkan kepalanya sejenak. Kemudian menjangkau jauh ke dalam sakunya. Pada saat tangan kanannya keluar, sejumlah uang ada dalam genggamannya. Uang tersebut diberikan ke petani. "Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah itu cukup untuk melihatnya?"
"Tentu," kata si petani. Ia pun mengajak si anak kecil berjalan dengannya ke rumah. Sesampainya di halaman depan rumah, sang petani ini pun bersiul memanggil salah satu anak anjingnya. "Sini, Dolly!" ucapnya. Anak anjing yang dipanggil pemiliknya itu pun keluar.
Dengan langkah terpatah-patah, Dolly si anak anjing pun mendatangi sang petani. Anak kecil ini begitu senang dengan kehadiran Dolly. Dengan riangnya ia pun mengelus bulu anak anjing tersebut. Tak lama kemudian, petani itu pun meminta sang anak kecil mengembalikan anjing tersebut karena waktu untuk melihat dan bermain sudah habis.
Pada saat Dolly dilepas dan kembali bermain dengan 3 anak anjingnya yang lain, anak kecil ini pun menyatakan kepada si petani ingin memiliki salah anjing miliknya."Saya ingin satu," kata anak kecil, menunjuk Dolly. Petani itu berlutut di samping anak itu dan berkata, "Nak, kamu tidak akan ingin anak anjing itu. Ia tidak akan pernah bisa berlari dan bermain seperti anjing lainnya." Anak kecil itu pun tersenyum dan mulai menggulungkan salah satu celananya. Betapa kagetnya sang petani karena salah satu kaki anak tersebut dipasangkan penyangga kaki.
"Anda lihat Pak, saya sendiri juga tidak berjalan terlalu baik, dan anjing lucu tersebut sepertinya membutuhkan seseorang yang mengerti akan keadaan dirinya" ujar anak kecil tersebut. Dengan penuh air mata, petani pun membungkukkan badannya. Tangannya terlihat mengambil seekor anak anjing yang tadi ia panggil. Dengan hati-hati ia pun menyerahkan Dolly kepada anak kecil tersebut. "Berapa?" tanya anak kecil itu. "Gratis," jawab petani, "Tidak ada biaya untuk yang namanya kasih."
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” (I Petrus 1:22).