Ulasan berikut adalah tentang tujuh kiat praktis untuk menjaga hidup bahagia dan damai.
Sebelum
saya bahas tentang tujuh kiat tersebut, penting dipahami dulu apa itu
kebahagiaan. Memperdalam filosofi kebahagiaan adalah tahap dasar
yang
mesti dipahami lebih dulu. Hal ini akan menentukan cara hidup kita
selanjutnya.
APA ITU KEBAHAGIAAN?
Umumnya
orang menganggap kebahagiaan dan kesenangan adalah sama. Padahal itu
adalah hal yang berbeda. Penderitaan dan kesenanganlah yang sama, karena
keduanya didasari bentuk ketegangan. Filosofi kebahagiaan yang mendalam
adalah pemahaman bahwa kebahagiaan itu tanpa sebab. Penderitaan dan
kesenanganlah yang memiliki penyebab, karena itu penderitaan dan
kesenangan bisa diatasi. Segala hal yang bisa muncul pasti bisa lenyap.
Penderitaan bisa muncul, maka penderitaan bisa lenyap. Demikian juga
kesenangan. Sedangkan kebahagiaan
tidak ada sebab, karena itu kebahagiaan tidak bisa berakhir. Pengertian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan termasuk hal yang tak terkondisi (unconditional), sedangkan penderitaan dan kesenangan bersifat terkondisi (conditional).
tidak ada sebab, karena itu kebahagiaan tidak bisa berakhir. Pengertian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan termasuk hal yang tak terkondisi (unconditional), sedangkan penderitaan dan kesenangan bersifat terkondisi (conditional).
EMPAT KAUDRAN
Memahami
aspek kebahagiaan lainnya adalah dengan memahami adanya 4 kuadran.
Kuadran ini dibagi sesuai kategori saat ini dan besok. Besok maksudnya
adalah tentang waktu yang bukan saat ini. Lebih jelas bisa lihat pada
tabel kuadran berikut ini.
Kuadran
I dan II adalah penderitaan, pola hidup yang tidak bisa menjaga
kebahagiaan dan kedamaian. Biasanya ketika seseorang mengira kesenangan
sebagai kebahagiaan, dia akan mengejar kesenangan. Dipikirnya kesenangan
adalah solusi dari penderitaannya, hasilnya ketegangan semakin
berkembang dan ketika kesenangan itu lewat, dia kembali terjerumus pada
penderitaan. Jika sudah demikian, berkutat pada reaksi stres seperti
kemarahan dan kebencian. Ketika memasuki keadaan seperti itu, dia masuk
pada Kuadran I.
“Situasi semakin menjadi absurd ketika stres menghasilkan stres.”
(Jan De Vries, dalam Emotional Healing)
Banyak
orang yang tidak belajar aspek pengelolaan diri terjerumus pada Kuadran
I. Misalkan stres di tempat kerja entah disebabkan beban pekerjaan,
atau hubungan antar manusia yang tidak baik. Ketegangan di bawa ke rumah
setelah pulang kerja. Ketegangan itu mempengaruhi hubungan dengan istri
atau suami bahkan juga anak. Anggap saja pada mulanya ketegangan di
tempat kerja hanya skala 3, ketika pulang ke rumah timbol cekcok dan
menjadi skala 4. Besok pagi kembali bekerja dengan membawa ketegangan
dari rumah. Ketegangan ditempat kerja menjadi skala5, dan seterusnya,
ketegangan semakin kuat. Hubungan relasi dengan tetangga yang tidak
baik. Irihati dan kebencian dengan keberhasilan atau kesuksesan orang
lain, semua itu semakin memperkuat ketegangan dan skala menjadi semakin
bertambah. Kuadran I dicirikan dengan keadaan yang berlarut-larut
seperti ini. Sayang sekali orang yang berada di Kuadran I hanya
menganggap kesenangan sebagai satu-satunya solusi. Mulailah berkutat
dari Kuadran I dan II, silih berganti, namun akhirnya tetap di Kuadran I
dalam jangka waktu yang lama.
Seringkali penderitaan
mempengaruhi temperamen dan menjadi kepribadian, tepatnya kepribadian
yang menderita. Jika tidak mawas diri dan mulai menyadari belajar terapi
diri dan pengelolaan diri, maka hidupnya tidak tertolong. Pada
kenyataannya hanya diri sendiri yang bisa menolong, karena penderitaan
itu hanya diri sendiri yang membuatnya.
Memasuki Kaudran
III adalah diawali kesadaran diri bahwa tidak ada manfaat jika
berlarut-larut di Kuadran I dan II. Filosofi kebahagiaan yang saya
jelaskan di awal adalah momentum yang sesuai agar kita berrefleksi
sejenak dan mulai memahami bahwa kebahagiaan dan kedamaian adalah
kebutuhan. Memang itulah yang menjadi fokus tujuankita yang
sesungguhnya.
Melangkah ke Kuadran III tentu melawan arus
kebiasaan. Tentu seseorang akan beradaptasi dan merasa tidak nyaman pada
awalnya. Pengendalian diri, latihan menyederhanakan diri, latihan mulai
mengekspresikan kebaikan hati, belajar untuk tulus, itu mungkin tidak
mulus. Seseorang akan sedikit tergelincir pada kebiasaan lama, tapi
dengan pengendalian diri yang baik, walaupun saat ini tidak nyaman, tapi
besok akan lebih nyaman. Untuk itulah perlu melangkah pada Kuadran IV.
Pada Kuadran IV seseorang mulai menumbuhkan kebijaksanaan (wisdom). Pengendalian diri tanpa wisdom akanmemberi ketidaknyamanan oleh karena wisdom belum diberdayakan. Jika wisdom tumbuh maka kita akan kembali pada kesederhanaan (simplicity) dan kebaikan hati (kindness), dengan sendirinya kedamaian dan kebahagiaan akan dirasakan.
Umumnya praktisi meditasi yang mengolah kesadaran dan wisdom,
melakukan transformasi dari Kuadran III ke Kuadran IV. Orang dengan
Kuadran IV adalah orang yang sangat produktif dalam arti konflik diri
menjadi sangat rendah, sehingga justru bisa fokus pada tujuan hidup. Hal
menarik dari Kuadran IV walaupun fokus tujuan namun dia bisa menikmati
proses perjalanan yang dilaluinya. Kebahagiaan bisa diakses saat ini
tanpa menunggu hari esok, karena itu praktisi meditasi lanjut memiliki
kemampuan alami untuk melihat hidup “apa adanya”, kebahagiaan dan
kedamaian bisa dilakukannya sepanjang proses perjalanan.
Berikut
ini adalah tujuh kiat yang bisa dipraktikkan baik meditator maupun yang
masih awam tentang meditasi. Paling tidak tendensi Kuadran I dan II
direduksi, karena kualitas hidup kita tergantung pada seberapa banyak kita mereduksi dua buah kuadran tersebut.
TUJUH KIAT BAHAGIA DAN DAMAI
1. Don’t think your life seriously!
Jangan
berpikir hidup anda dengan ‘serius’! Nasihat ini bukan berarti hidup
dijalani asal-asalan, malas, tidak berusaha, tidak mau tahu, tapi
tentang memperhatikan hidup dari aspek kealamiahannya. Karena itu saya
gunakan tanda kutip (‘serius’). Bedakan usaha dengan ngotot. Ngotot
adalah keseriusan yang berlebihan. Seperti tumbuhan yang tidak perlu
ingin tumbuh, karena sifat dari tumbuhan itu memang tumbuh (growing).
Kita
boleh berusaha, melakukan upaya-upaya yang terbaik, namun ada saatnya
kita memutuskan untuk membiarkan hukum alam bekerja. Seperti menanam
tumbuhan. Kita bisa memberinya pupuk, menyirami setiap hari,namun kita
tidak perlu melakukan penantian untuk menunggu buah. Buah akan muncul
sesuai dengan sifat alaminya sendiri. Sebagai gantinya kita lebih banyak
menikmati proses perjalanannya. Orang yang terlalu serius sering hanya
ingin hasil dan tidak bisa menikmati proses.
2. Don’t think another side is better!
Jangan
berpikir hal-hal luar kita selalu lebih baik! Ada pepatah rumput
tetangga selalu lebih hijau. Sering perilaku seperti itu hanya
menggarisbawahi dan mengasihani diri sendiri. Kitapun terjerumus untuk
tidak menghargai proses perjalanan kita. Pencapaian orang lain didasari
hukum menuai dan menabur yang mereka miliki. Ada konsekuansi dalam
setiap tindakan, jadi kita tidak perlu irihati melihat apa yang dialami
orang lain. Tidak ada kondisi selalu enak, enak dan tidak enak selalu
silih berganti. Jika kita mempelajari hidup kita akan tahu bahwa hal-hal
alami seperti juga dialami orang lain. Jauh lebih penting kita
menumbuhkan wisdom dari pada pencapaian aritifisial yang bukan letak dari kebahagiaan. Kebahagiaan terletak pada diri kita sendiri.
“Dari antara sekalian makhluk di atas bumi ini, hanya manusia yang mampu
mengubah garis hidupnya; dialah satu-satunya mahkluk yang sekaligus dapat
berperan sebagai arsitek nasibnya sendiri.”
(William James)
3. Keep focused on Your Goal!
Apa
yang sesungguhnya yang Anda cari? Fokus pada tujuan, tidak lain,
adalah kebahagiaan dan kedamiaan. Beberapa saat lalu saya membaca
artikel tentang orang sukses yang hingga sekarang masih sibukbekerja.
Dia mengindap penyakit deabetes, dan masih sibuk melayani klien baik di
dalam maupun diluar negeri. Dia mengaku sehari hanya bisa tidur 5 jam
dan satu-satuny cara mengatasi diabetes hanya dengan mengatur pola makan
dan tidak sempat berolahraga. Jika kita cermati dengan baik, itukah
yang sesungguhnya kita cari?
“Orang yang berhasil memperoleh kekuasaan politik, namun yang
memperjuangkannya demi alasan-alasan neurotik, mungkin sangat sukses,
namun justru merupakan tipe orang yang patut diwaspadai oleh masyarakat,
sebab kebutuhannya akan kekuasaan bersifat kompulsif dan
tidak pernah akan terpuaskan.”
(Frank G.Goble, dalam Mazhab Ketiga)
Fokus pada tujuan adalah mengingatkan bahwa kita mesti balance.
Kesehatan, kebahagiaan, pekerjaan, keluarga, semua perlu dibuat
seimbang, karena memang itulah yang seharusnya menjadi pusat perhatian
kita. Keseimbangan dapat dilakukan dengan baik jika kita memperhatikan
aspek kebahagiaan dan kedamaian. Jika kita bahagia, kita bisa mengatur
diri dan membuat keputusan dengan cara-cara yang lebih bijaksana. Tidak
selamanya uang akan membuat hidup kita lebih bermakna.
4. Look inside!
Lihat
kedalam! Nasihat ini dilakukanketika kita sedang mengalami ketegangan
emosional. Ketika ketegangan terjadi, lihat ke dalam. Menyadari dan
menerima adanya emosi-emosi negatif adalah teknik yang efektif untuk
meredakannya. Setelah emosi lebih stabil bolehlah lihat keluar lagi.
Emosi
negatif jika diatasi sejak awal akan jauh lebih mudah. Dalam meditasi,
kemampuan untuk menyadari adanya tendensi diri berupa emosi negatif
dijadikan sebagai bagian dari teknik.
5. Express Your Happiness!
Ekspresikan
kebahagiaan dengan perbuatan baik. Kebaikan hati yang diungkapkan
semakin menggarisbawahi kebaikan hati itu sendiri. Sebaliknya jika niat
buruk diungkapkan dan ekspresikan terus menerus, maka keburukan akan
semakin kuat. Kebaikan kita butuhkan untuk menjaga diri agar hidup lebih
nyaman, lebih puas karena telah banyak melakukan perbuatan baik.
Seperti pepatah China: “Rahasia hidup sehat adalah dengan banyak berbuat
baik.” Perbuatan baik memberikan kedamaian pada pelakunya.
6. Don’t think what You Get from doing Good!
Jangan
memikirkan apa yang kita dapatkan dalam melakukan sesuatu baik
perbuatan baik atau juga aktivitas terbaik yang telah kita lakukan.
Dalam pekerjaan profesional sering ada rencana-rencana dan
prosedur-prosedur tertentu untuk mencapai hasil. Namun pada akhirnya
kita mesti membiarkan hukum alam yang mewujudkannya. Memikirkan hasil
sering hanya merusak kenikmatan kita dalam proses perjalanannya. Dalam
berbuat baik juga jangan membatasi diri pada nama baik saja. Nama baik
maupun celaan bukan alasan kita untuk menentukan suatu perbuatan. Justru
kebaikan hati bisa mengatasi pujian dan celaan.
7. Continue your Spiritual Evolution!
Lanjutkan
evolusi spiritual Anda! Evolusi spiritual berhubungan dengan kualitas
kebahagiaan. Hirarki kebahagiaan meningkat seiiringan dengan
kesederhanaan, kebaikan hati, kedamaian, termasuk juga
keceriaan dalam hidup.
“Dengan kata lain, kepribadian hanyalah merupakan
hasil akhir dari berbagai sistem kebiasaan kita.”
(John B. Watson, pakar Behaviorisme)
Dalam
proses perpindahan Kuadran tentu fluktuatif, bukan proses yang linier
dan mulus meningkat terus. Selalu proses perkembangan diri naik dan
turun, namun dengan memperhatikan tujuh kiat ini secara periodik, pasti
kita akan memiliki cara hidup yang jauh lebih baik, lebih damai dan
bahagia.