JBlogs~Penyergapan dan penembakan dua anggota
Mujahid Indonesia Timur (MIT) yang salah satunya diduga Santoso
dilakukan oleh Raider Kostrad 505 yang merupakan bagian
dari Satgas Operasi Tinombala yang memang sedang memburu teroris Poso
tersebut. Kontak senjata tersebut berlangsung pada Senin petang sekitar
pukul 17.00 WITA di Desa Tambarana, Poso, Sulawesi Selatan.
Namun kepastian identitas yang tertembak baru akan disampaikan hari ini. "Dua meninggal dunia, salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai
tahi lalat yang dicurgai
mirip Santoso," kata Kapuspen TNI, Mayjen TNI Tatang Sulaeman di Jakarta, Senin malam, 18 Juli 2016.
mirip Santoso," kata Kapuspen TNI, Mayjen TNI Tatang Sulaeman di Jakarta, Senin malam, 18 Juli 2016.
Informasi selanjutnya mengenai kepastian tersebut kata dia akan disampaikan oleh Kepolisian.
Dikabarkan sebelumnya pada pukul 17.00 hingga 17.30 WITA, terjadi
kontak senjata dengan kelompok Santoso yang berjumlah lima orang dan dua
orang di antaranya adalah perempuan. Dua yang tewas adalah laki-laki.
Diamankan satu pucuk senjata M 16.
Sementara anggota MIT yang kabur, seorang laki-laki diduga kabur ke
arah selatan Poso sementara dua perempuan lari ke arah barat.
Dua orang tewas kini dalam proses dievakuasi untuk diidentifikasi
sementara tiga anggota teroris lainnya sedang dalam pengejaran.
Selain tahi lalat dan jenggot di bagian
tubuh terduga teroris yang tewas, ada alasan lain yang membuat
Kepolisian menduga bahwa yang tertembak pada Senin petang memang Santoso
alias Abu Wardah. Pasalnya, penembakan terjadi terhadap lima orang yang
dua orang diduga adalah perempuan. Sementara yang diketahui biasa
memboyong perempuan adalah Santoso.
"Ada tahi lalatnya dan ada wanita di sana ya karena kami dapat
informasi bahwa Santoso membawa istri," kata Kadiv Humas Mabes Polri,
Boy Rafli Amar kepada tvOne, Selasa pagi, 19 Juli 2016.
Namun kata Boy, polisi akan melakukan identifikasi DNA terlebih
dahulu sebelum memastikan bahwa terduga teroris yang merupakan bagian
dari Mujahid Indonesia Timur (MIT) itu adalah Santoso.
Tim identifikasi Polri akan terbang pagi ini ke Palu, Sulawesi Tengah
untuk kemudian melakukan identifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara, Palu."Kami tidak mau berspekulasi, kita butuh data saintifik," kata Boy menegaskan.
(mus)
Kepala Operasi Tinombala 2016, Kombes Leo Bona Lubis, menjelaskan kronologi penyergapan terhadap kelompok teroris di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, yang menewaskan gembong kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar.
Menurut Leo, kegiatan kontak tembak yang terjadi berawal dari kegiatan operasi Tinombala yang terpusat di tiga wilayah di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso Pesisir Utara, Poso sejak 2015.
"Kita mengerahkan 63 tim, sasaran di tiga daerah. Ada tim berperan sebagai pemburu dan tim penutup atau Alfa 29," katanya.
Dua tim yang sebelumnya melakukan operasi perburuan memaksa Santoso dan kelompoknya terpencar dan terus berupaya untuk mencari tempat baru yang lebih aman. Saat berupaya mencari tempat aman, Santoso dan kelompoknya diketahui tim penutup atau Alfa 29.
"Tim penutup atau Alfa 29 yang menempatkan diri di jalur di tempat mereka (pelaku) melarikan diri melihat Santoso dan kelompoknya. Itu setelah tim terpilih yang lebih dulu masuk melakukan perburuan," katanya.
Tim Alfa 29 kemudian melihat lima orang, terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Dua dari mereka membawa senjata dan salah satunya adalah DPO paling dicari, Santoso. Saat itu, Santoso dan anggota kelompoknya sedang santai akan mandi.
"Berdasarkan penglihatan (tim Alfa 29), mereka bersenjata. Mereka lagi santai mau mandi dan kegiatan MCK," katanya.Tidak ingin menunggu lama, penyergapan dilakukan dan terjadi baku tembak pada pukul 17.00 sampai 17.30 WIB. Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar, tewas dengan luka tembak.
Sementara tiga orang lainnya yang terdiri dari satu pria yang membawa senjata dan dua wanita berhasil meloloskan diri. Dari penyergapan ini, tim Alfa 29 mengamankan senjata laras panjang jenis M-16.
Santoso Sudah Dipastikan Tewas
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan satu jasad yang tewas dalam penyergapan di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, adalah Santoso. Kepastian ini didapat setelah dilakukan identifikasi luar terhadap jasad tersebut.
"Kita sudah selesai identifikasi luar. Dari ciri-ciri dan tentang DPO ini, kemudian kita lakukan identifikasi luar," kata Kombes (Pol) Leo Bona Lubis di Poso.
Selain itu, dari pembenaran kerabat juga dapat dipastikan jasad itu adalah Santoso. Sementara satu jasad lainnya adalah Muchtar, anggota dari kelompok Santoso, bukan Basri yang sebelumnya diinformasikan tewas.
"Untuk sementara dari identifikasi luar dapat disimpulkan dua jenazah adalah Santoso dan DPO atas nama Muchtar," katanya.
Sementara untuk lebih memastikan siapa dua jenazah, Polda Sulteng akan melakukan tes DNA yang akan dikuatkan dengan data pembanding dari keluarga yang bersangkutan.
"Kita harus melakukan identifikasi lain, dengan tes DNA. Mencoba mendatangkan keluarga untuk data pembanding," katanya.
(mus)
Kepala Operasi Tinombala 2016, Kombes Leo Bona Lubis, menjelaskan kronologi penyergapan terhadap kelompok teroris di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, yang menewaskan gembong kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar.
Menurut Leo, kegiatan kontak tembak yang terjadi berawal dari kegiatan operasi Tinombala yang terpusat di tiga wilayah di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso Pesisir Utara, Poso sejak 2015.
"Kita mengerahkan 63 tim, sasaran di tiga daerah. Ada tim berperan sebagai pemburu dan tim penutup atau Alfa 29," katanya.
Dua tim yang sebelumnya melakukan operasi perburuan memaksa Santoso dan kelompoknya terpencar dan terus berupaya untuk mencari tempat baru yang lebih aman. Saat berupaya mencari tempat aman, Santoso dan kelompoknya diketahui tim penutup atau Alfa 29.
"Tim penutup atau Alfa 29 yang menempatkan diri di jalur di tempat mereka (pelaku) melarikan diri melihat Santoso dan kelompoknya. Itu setelah tim terpilih yang lebih dulu masuk melakukan perburuan," katanya.
Tim Alfa 29 kemudian melihat lima orang, terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Dua dari mereka membawa senjata dan salah satunya adalah DPO paling dicari, Santoso. Saat itu, Santoso dan anggota kelompoknya sedang santai akan mandi.
"Berdasarkan penglihatan (tim Alfa 29), mereka bersenjata. Mereka lagi santai mau mandi dan kegiatan MCK," katanya.Tidak ingin menunggu lama, penyergapan dilakukan dan terjadi baku tembak pada pukul 17.00 sampai 17.30 WIB. Santoso alias Abu Wardah dan Muchtar alias Kahar, tewas dengan luka tembak.
Sementara tiga orang lainnya yang terdiri dari satu pria yang membawa senjata dan dua wanita berhasil meloloskan diri. Dari penyergapan ini, tim Alfa 29 mengamankan senjata laras panjang jenis M-16.
Santoso Sudah Dipastikan Tewas
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah memastikan satu jasad yang tewas dalam penyergapan di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, adalah Santoso. Kepastian ini didapat setelah dilakukan identifikasi luar terhadap jasad tersebut.
"Kita sudah selesai identifikasi luar. Dari ciri-ciri dan tentang DPO ini, kemudian kita lakukan identifikasi luar," kata Kombes (Pol) Leo Bona Lubis di Poso.
Selain itu, dari pembenaran kerabat juga dapat dipastikan jasad itu adalah Santoso. Sementara satu jasad lainnya adalah Muchtar, anggota dari kelompok Santoso, bukan Basri yang sebelumnya diinformasikan tewas.
"Untuk sementara dari identifikasi luar dapat disimpulkan dua jenazah adalah Santoso dan DPO atas nama Muchtar," katanya.
Sementara untuk lebih memastikan siapa dua jenazah, Polda Sulteng akan melakukan tes DNA yang akan dikuatkan dengan data pembanding dari keluarga yang bersangkutan.
"Kita harus melakukan identifikasi lain, dengan tes DNA. Mencoba mendatangkan keluarga untuk data pembanding," katanya.