"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua" (1 tim 4:7)
Entah dari mana mulainya, yang pasti di tiap generasi pasti ada aturan-aturan yang diberikan secara turun temurun. Misalnya anak gadis tak boleh duduk di depan pintu karena bisa berat jodoh, kalau mau menikah harus pilih hari dan tanggal, jangan pilih rumah di ujung mulut gang ( tusuk sate ) dan sebagainya. Pendek kata, segala hal yang dilakukan harus disesuaikan dengan aturan-aturan yang ditetapkan entah oleh siapa. Hebohnya, kita ( entah terpaksa atau tidak ) jadi menyetujui semua aturan ini. Padahal Firman Tuhan tidak pernah mengatakan apa pun tentang hal-hal tersebut.
Setiap bangsa memang memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Ada saja hal-hal yang ditabukan. Ada saja aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pribadi dalam keluarga tersebut. Tapi kita juga harus mengingat, apa kata Firman Tuhan tentang hal-hal tersebut ? Apakah hal-hal tersebut selaras dengan perilaku dan etika hidup ? Misalnya, anak gadis tak boleh duduk di depan pintu. Pahami ini bukan sebagai hal yang membuat gadis itu sulit mendapat pasangan hidup, tapi karena duduk di depan pintu merepotkan orang lain yang hendak lewat; duduk di depan pintu bisa masuk angin. Ya kan ?
Firman Tuhan ingatkan kita untuk tidak terusik dengan hal-hal yang bersifat takhayul atau cerita dongeng yang justru bertentangan dengan Firman Tuhan. Jika kita mempercayai semua takhayul itu maka ketika kita hendak melakukan segala sesuatu, kita akan disibukkan dengan semua aturan tersebut. Padahal semestinya kita tak perlu lagi repot dengan semua aturan itu.
Sebagai orang percaya, hal tertinggi yang menjadi patokan kita untuk melakukan segala hal adalah Firman Tuhan. Ini tidak berarti kita tidak menghormati orang tua. Tapi jika itu hanya takhayul, jauhi itu...
DOA: Biar Firman-Mu saja yang pimpin hidupku, ya Tuhan, bukan yang lain...
Entah dari mana mulainya, yang pasti di tiap generasi pasti ada aturan-aturan yang diberikan secara turun temurun. Misalnya anak gadis tak boleh duduk di depan pintu karena bisa berat jodoh, kalau mau menikah harus pilih hari dan tanggal, jangan pilih rumah di ujung mulut gang ( tusuk sate ) dan sebagainya. Pendek kata, segala hal yang dilakukan harus disesuaikan dengan aturan-aturan yang ditetapkan entah oleh siapa. Hebohnya, kita ( entah terpaksa atau tidak ) jadi menyetujui semua aturan ini. Padahal Firman Tuhan tidak pernah mengatakan apa pun tentang hal-hal tersebut.
Setiap bangsa memang memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Ada saja hal-hal yang ditabukan. Ada saja aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pribadi dalam keluarga tersebut. Tapi kita juga harus mengingat, apa kata Firman Tuhan tentang hal-hal tersebut ? Apakah hal-hal tersebut selaras dengan perilaku dan etika hidup ? Misalnya, anak gadis tak boleh duduk di depan pintu. Pahami ini bukan sebagai hal yang membuat gadis itu sulit mendapat pasangan hidup, tapi karena duduk di depan pintu merepotkan orang lain yang hendak lewat; duduk di depan pintu bisa masuk angin. Ya kan ?
Firman Tuhan ingatkan kita untuk tidak terusik dengan hal-hal yang bersifat takhayul atau cerita dongeng yang justru bertentangan dengan Firman Tuhan. Jika kita mempercayai semua takhayul itu maka ketika kita hendak melakukan segala sesuatu, kita akan disibukkan dengan semua aturan tersebut. Padahal semestinya kita tak perlu lagi repot dengan semua aturan itu.
Sebagai orang percaya, hal tertinggi yang menjadi patokan kita untuk melakukan segala hal adalah Firman Tuhan. Ini tidak berarti kita tidak menghormati orang tua. Tapi jika itu hanya takhayul, jauhi itu...
DOA: Biar Firman-Mu saja yang pimpin hidupku, ya Tuhan, bukan yang lain...