JBlogs~Penciptaan tari lahir sebagai bagian dari keperluan ritual atau
upacara adat dan kegiatan sosio – kultural. Dalam tata kehidupan
seperti itu rasa dan semangat kebersamaan menjadi titik
sentral.( I Wayan Dibia,dkk. Tari Komunal,2006)
Tari berkembang atas kerja sama dan rangsangan yang didapat
dari musik,seni rupa,sastera dan drama. Penciptaan tari tradisi
sudah ada seiring dengan lajunya sejarah. Masing-masing khazana
tari
tersebut mengalami perubahan dan perkembangan. Satu sama lain
dapat terjadi saling silang budaya atau saling mempengaruhi.( Sumaryono Endo Suanda, Tari Tontonan, 2006)
Di sangihe, tarian merupakan bagian dari kehidupan masyarakat,
apakah itu untuk keperluan ritual ataupun pertunjukan. Dalam
mengekspresikan tari, musik menjadi bagian didalamnya. Setiap
bentuk tari mengalami perubahan dari waktu ke waktu berdasarkan
perkembangannya.
Terdapat beberapa tari-tarian asli sangihe yang masih ada dan
sedang dikembangkan yaitu, tari gunde,tari sese madunde,tari
alabadiri,tari dangsang sahabe,tari bengko,tari salo,tari upase,tari
tambor dan tarian ampa wayer.
Substansi (isi) dasar tari, adalah gerak tubuh, karena itu tari
adalah perwujudan ekspresi secara personal. Tari lahir dari suatu
sistim kebudayaan yang berlaku didaerah masing-masing merupakan
bentuk komunikasi antar manusia yang lahir dari tatanan kehidupan. ( I wayan dibia,cs.Tari komunal,2006 ).
Tari dipertunjukan pada berbagai peristiwa, seperti yang berkaitan
dengan upacara (ritual) dan pesta untuk merayakan kejadian-kejadian
penting.Tari telah berperan penting dalam sistim sosial sejak
zaman pra sejarah (Sumaryono, Endo Suanda,Tari tontonan, 2006)
- MUSIK DAN TARI LIDE.
Penelitian tentang musik ini telah dilakukan oleh banyak ahli dan
pemerhati lokal dan beberapa pakar etnomusikolog dari Indonesia
maupun luar negeri. Mengolį adalah suatu kegiatan memainkan alat musik yang dinamakan musik lide.
Latar belakang permainan musik ini adalah sebagai media penghubung
manusia dan sang penguasa alam. Disamping memainkan musik
,terdapat satu orang perempuan yang menyanyi dengan isi syair
pantun (dalam bahasa sangihe disebut papantung, medenden).
Musik lide terdiri dari sekumpulan alat musik tradisional Sangihe
yang dimainkan secara bersama oleh penganut kepercayaan sundeng.
Musik ini sudah ada bersamaan waktunya dengan kerajaan
mula-mula di kepulauan sangihe tahun 1500 – an. Kesenian ini lahir
sabagai bagian dari ritual mêsundeng.
- Jenis alat musik lide
Musik lide terdiri dari beberapa jenis alat musik yang pada musik
melodis memiliki unsur 5 buah nada yaitu : do,re,mi,fa,sol.
-
Alat musik melodis atau alat yang mengantar melodi pada lagu.
- Arababu dan alat penggesek.
- Bansi, alat musik melodis
-
Alat musik ritmik.
- Sasesaheng
- Salude
- Oli
- Jenis lagu pada musik lide.
Musik lide terdiri dari 8 jenis irama lagu purba. Jenis irama
lagu purba yang masih ada dari antara 8 lagu purba adalah :
1. Lagung lide
2. Lagung laogho u lendu
3. Lagung elehu ake
4. Lagung sangi u wuala
Lagu yang sudah punah diantaranya adalah Ondolu Wango.
Hal ini disampaikan oleh nara sumber, pemain dan pembuat alat dikampung Manumpitaeng bernama Umbure Kalenggihang. Menurut bapak Malomboris (pemerhati music lide dari kampung Manumpitaeng) lagu
yg sudah dinyatakan punah masih dapat dimainkan oleh Bapak
Umbure tetapi belum saatnya diajarkan. Hal ini mungkin
berhubungan dengan sitem pewarisan pada Agama Sundeng. Menurut
bapak Malomboris, pemerhati budaya lide dari Manumpitaeng mengatakan
bahwa selain lagu, terdapat juga tari pada ritual sundeng yang
sudah dinyatakan punah, tari tersebut bernama Tari lide.
Jenis irama lagu, pengembangan dari lagu purba diantaranya adalah :
1. Lagung bowong buas
2. Lagung balang
3. Lagung sahola
Setiap jenis lagu memiliki latar belakang penciptaan yang
berbeda. Yang unik dari irama musik lide yaitu : irama musik
lide sudah diturunkan secara turun-temurun tanpa perubahan secara
signifikan. Perbedaan musik lide hanya terdapat pada tempat dimana
musik itu dikembangkan. Irama lagu musik lide di daerah sekitar
Pulau Mahumu hanya menggunakan 3 irama lagu sementara didaerah
lain menggunakan 4 irama lagu. Musik lide merupakan paduan dari
beberapa jenis alat musik seperti : Oli, Bansi, Arababu, salude dan Sasesaheng
yang dimainkan secara bersamaan menjadi sebuah ansambel.
Permainan music ini sering juga di padukan dengan vocal /
suara manusia. Syair lagu yang dinyanyikan kebanyakan bertema
permintaan yang memiluhkan, hasil dari penderitaan yang
berkepanjangan. Pada perkembangan salanjutnya Musik lide mulai
dipadukan dengan gong atau dalam bahasa sangihe disebut Nanaungang. Kegunaan gong adalah pengendali tempo lagu.
- Filosofi dan pemaknaan lagu purba pada music lide.
Dari keempat jenis lagu yang ada, pada dasarnya mempunyai
nuansa kepedihan. Lagu lide merupakan lagu inti atau lagu pembuka
yang dapat menyertai penyembahan agar cepat sampai kepada sang
penguasa alam dalam bentuk permohonan.Lagu Elehu ake :
mengetengahkan tentang bentuk permintaan dan permohonan seperti
air yang mengalir.Lagu Sangi U Wuala : arti sangi u wuala
adalah Tangisan Buaya. Dimasa lalu masyarakat sangihe meyakini
adanya Upung (leluhur) Manusia dan Upung (leluhur) Buaya. Upung buaya
berjalan dengan dua kaki menggunakan ikat kepala merah. Upung
buaya ini memiliki kekuatan yang sangat sakti sehingga apa
yang dia minta harus diberikan. Jika permintaannya tidak dipenuhi
maka akan ada korban yang ditelan. Lagu sangi u wuala berkisah
tentang ancaman terhadap kehidupan manusia yang digambarkan
sebagai rupa Buaya. Ancaman tersebut telah membawah umat pada
kesedihan yang berkepanjangan.Lagu Laogho u lendu,lagu lendu
diambil dari nama salah satu jenis burung yang hidup di
sangihe. Burung ini adalah satu-satunya burung dalam kehidupan
budaya sangihe yang dianggap sebagai perpanjangan tugas penguasa
alam. Tugas burung lendu yang paling utama adalah ating tanda
tentang kematian kerabat terdekat. Selain lendu ada juga kaliyaow yang meberi tanda akan kehadiran kerabat dekat dari tempat jauh.
- Salah satu bentuk lagu pada musik lide
- Tarian yang diiringi musik lide.
Tari lide sebagai bagian dari ritual mêsundeng. Merupakan tarian purba yang sudah punah. Tari ini dilakukan dalam tahapan menalê, (menalê adalah memberi makan, wawancara : G. Makamea,2008) dilakukan untuk mengantar roh perempuan muda yang dikorbankan kepada sang pencipta).
Tari lide ditarikan oleh perempuan, penari mengelilingi korban
dalam kelompok tari, dan menari sesuai gerakan masing-masing yang
imajinatif dan spontan. Gerakan dasar tari, tangan di goyang dan
kaki disentak-sentakan ketanah sambil mengelilingi korban. Dasar
dari tari lide adalah tari tunggal yang ditarikan bersama.Dilihat
dari unsur tari maka tarian ini dikelompokan sebagai tari komunal.
Tari komunal adalah suatu peristiwa pertunjukan tari yang
melibatkan masyarakat besar. Tari komunal mengandung prinsip semangat
kebersamaan,rasa persaudaraan atau solidaritas terhadap kepentingan
bersama.
Lambat laun konsep kebudayaan semakin mengalami perubahan. Setelah
masuknya agama Islam dan agama Kristen di kepl. Sangihe maka pengorbanan manusia diganti dengan binantang berupa babi.
Seekor babi dengan persyaratan yaitu babi tambun besar berwarna
hitam keseluruhan dari unjung kepala sampai ujung
kuku.Pengorbanan binantang kemudian diganti lagi dengan Sajen
berupa ketupat jenis bebatung kambing, salah satu jenis ketupat dari 16 jenis ketupat sangihe.(wawancara : Makamea 2006) Ketupat kemudian diganti lagi dengan nasi kuning yang disajikan diatas piring besar yang disebut dulang. Populasi pelaku musik lide asli dan medenden tinggal satu orang.
- KESENIAN MÄ"BAWALASÄ"
Mĕtaggongong identik dengan mĕbawalasĕ sambo.
Alat musik yang digunakan dalam permainan musik “mÄ•tagonggong” adalah gendang.
Dimasa lalu, permainan musik tagonggong dijadikan sebagai pengiring kegiatan “me’sambo” atau mÄ•bawalasÄ• sambo,
tari gunde dan upacara adat. Pengaruh kebudayaan import dan saling
berpengaruhnya budaya sendiri menjadi bagian dari perjalanan panjang
budaya mebawalase kantari.
Dari cerita lisan dan beberapa folklore sangihe tentang
Makaampo, memberikan gambaran kemahiran leluhur orang sangihe
dalam berpuisi dan berpantun. Berpantun adalah bagian umum dari
budaya nusantara yaitu mengucapkan syair – syair dalam bentuk
percakapan yang memiliki arti dan harus dibalas sesuai
permintaan syair sebelumnya. Pantun dilakukan secara
berbalas-balasan antar dua orang atau dua kelompok.
Pantun,mantera,tinggung-tinggung adalah sastera lisan tertua di
sangihe yang diajarkan secara turun temurun. Mantera mengalami
perubahan isi sejak masuknya Islam dikepulauan sangihe. Pantun
tidak mengalami perubahan isi melainkan mengalami perubahan cara
penyajian. Tinggung-tinggung atau teka-teki pertama kali mendapat
respons masyarakat di Istana kerajaan tabukan. Dikemudian hari
kegiatan berbalas syair muncul dalam bentuk berbeda yaitu
disajikan dengan iringan musik tagonggong. Syair lalu dilantukan
“bernada” penthatonik dan dibalas oleh orang lain. Sambil
melantunkan sambo setiap orang harus memukul tagonggong sesuai
irama yang diinginkan.
Ada tiga unsur penting dalam mĕbawalasĕ sambo yaitu :
mĕtagonggong, mĕsambo,mĕbawalasĕ. Inti dari kesenian ini adalah mĕbawalasĕ.
Setiap lawan sambo harus mampu menjawab atau membalas syair yang
disambokan. Kalau tidak maka akan dianggap kalah. Berdasarkan
cerita dari kampung dagho, kalamadagho dan pananaru bahwa pulau sambo yang
ada di pantai kalamadago terlempar akibat permainan tagonggong
dan sasambo seorang yang sakti. Sampai saat ini, pulau
tersebut dinamakan pulau sambo. Dimasa lalu, setiap
sambo yang dilantunkan memiliki kekuatan magic yang dapat
membunuh orang.Bentuk lagu sambo terdiri dari : lagung balang,lagung sonda, lagung sasahola,lagung duruhang, dan lagung bawine.
Setelah masuknya bangsa eropa, kesenian mĕbawalasĕ melahirkan bentuk baru yaitu saling berbalas lagu atau mĕbawalasĕ kantari. Lagu-lagu yang dinyanyikan mendapat sentuhan diatonis eropa yaitu nada do,re,mi,fa,sol,la,si.
Pada awalnya, kesenian mĕbawalasĕ kantari dilaksanakan pada kumpulan keramaian sebagai pertunjukan rakyat dalam acara-acara hayatan, pernikahan dan kematian.
Proses mĕbawalasĕ kantari mula-mula adalah seseorang berdiri sambil
menyanyi lalu diikuti oleh peserta yang hadir sambil menunjuk satu
demi satu orang yang hadir ketika lagu berhenti, dengan
sendirinya orang yang tertunjuk bersamaan dengan akhir lagu harus
berdiri menggantikan orang yang sedang berdiri. Kesenian ini
kemudian disebut “tunjuk”.
Kesenian mĕbawalasĕ kantari menemui persimpangan sejak masuknya
injil di tanah sangihe. Pada saat itu lahir bentuk paduan suara
gereja yang disebut Zangvereeninging yang diambil dari kata
dasar zang (bahasa belanda) yang berarti nyanyian. Di manganitu
kelompok paduan suara ini berkembang sejak akhir tahun 1800
dengan sebutan sampregening. Diawal tahun 1900 Nn. C.W.S. Steller menawarkan diri menjadi pelatih sampregening jemaat kristen Paghulu.
Lambat laun kesenian eropa ini terinkulturasi dengan kesenian “tunjuk”. Kemudian muncul kesenian masamper yang merupakan persilangan antara paduan suara gereja dan kesenian tradisional. Pengistilahan sampri sebagai paduan suara masih digunakan sampai tahun 1960-an. Bersamaan dengan itu sudah muncul istilah samperÄ› yang menggantikan istilah tunjuk pada kegiatan mebawalasÄ› kantari.
Kesenian tradisional adalah seni budaya yang sudah sejak lama
temurun,telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu ( Okka
A.Yati dalam M.M.Bawelle, Pengaruh Partisipasi Sponsor terhadap
pengembangan seni masamper di kecamatan malalayang kotamadya manado,
Skripsi,1998)
Masamper mula-mula berasal dari bahasa belanda Zang sfeer
yang artinya menyanyi bersama dalam suasana tertentu. Masyarakat
sangihe menyebutnya Samper dan mendapat pengaruh imbuhan “me”
menjadi mesamper. ( Taman Budaya, Rumusan hasil
sarasehan masamper, 15 0ktober 1992 dalam M.M.Bawelle, Pengaruh
Partisipasi Sponsor terhadap pengembangan seni masamper di kecamatan
malalayang kotamadya manado, Skripsi,1998)
Unsur utama Masamper adalah : unsur musik vokal, unsur gerak, unsur
mebawalase atau berbalas-balasan. Menggunakan nada diatonik dan
dinyanyikan seperti paduan suara / koor. ( M.M.Bawelle, Pengaruh
Partisipasi Sponsor terhadap pengembangan seni masamper di kecamatan
malalayang kotamadya manado, Skripsi,1998)
Di Indonesia hanya ada dua bentuk paduan suara tradisional yaitu
paduan suara tradisional batak dan masamper dari sangihe. Masamper
terbentuk dari beberapa babakan berdasarkan jenis lagu yang
dinyanyikan.
- Lagu pertemuan atau perjumpaan.
Pada jenis lagu ini hanya dapat dinyanyikan lagu yang bertemakan
perjumpaan dalam suatu acara hayatan seperti perkawinan dan
kematian. Jenis lagu ini mengalami perubahan dengan tema lagu
perjumpaan secara umum.
- Lagu rohani / pujian
Pada jenis lagu ini hanya dapat dinyanyikan lagu yang bertemakan
rohani. Termasuk aktifitas religius agama sangihe maupun agam
kristen.
- Lagu-lagu bertemakan kepahlawanan
Pada jenis lagu ini hanya dapat dinyanyikan lagu yang
bertemakan kepahlawanan pahlawan sangihe. Tetapi kemudian seiring
dengan perkembangan muncul tema kepahlawanan nasional.
- Lagu-lagu bertema sastera sangihe.
Pada jenis ini hanya dapat dinyanyikan lagu yang bermakna dan
bernilai sastera tinggi, tidak boleh menggunakan kosa kata bahasa
sangihe sehari-hari.
- Lagu percintaan
Pada jenis lagu ini mengambil tema cinta dan kasih sayang orang
tua kepada anak, anak kepada orang tua, kepada sesama,kepada teman dan
sahabat, kepada orang dewasa yang akan dan saling bercinta (pacaran),
problema cinta muda-mudi,problem rumah tangga.
- Lagu perpisahan
Babakan ini adalah babakan yang paling terakhir dimana acara
mêsamperê sudah selesai.Berakhirnya mêsamperê ditandai dengan tidak
ada lagi kelompok yang mampu membalas lagu terakhir.
Dimasa lalu kegiatan mêsamperê dapat diselenggarakan selama 24
sampai 48 jam. Hal ini bisa terjadi apabila kelompok yang ikut
dalam mêsamperê memiliki banyak perbendaharaan lagu. Hal yang
menarik dimasa lalu, karena kehabisan lagu seorang pangataseng
(pemimpin mêsamperê) dapat menciptakan lagu pada saat kegiatan
mêsamperê sementara berlangsung.
Meskipun lagu – lagu masamper banyak menggunakan lagu – lagu tahlil
dan mazmur, tetapi ditahun 1800, budaya masamper adalah budaya
umum sangihe. Hal ini terbukti dengan banyaknya kaum muslim yang
ikut dalam kegiatan “tunjuk”. Mereka mengetahui banyak lagu-lagu
kristen. (penjelasan bpk. Luqman Makapuas dan beberapa tua kampung di Tabukan Utara) Sejak munculnya sampregening maka kebudayaan masamper lebih identik dengan kristen.
Tahun 1980-an, masamper mulai dilombakan dalam berbagai kegiatan.
Menjelang tahun 1990-an nilai-nilai asli masamper berubah dengan
munculnya grup-grup masamper modern yang tujuannya mengarah kepada
kegiatan komersial.. Nilai positif dari munculnya grup masamper
komersial adalah semakin meluasnya pengenalan akan budaya sangihe
ke seluruh Indonesia.
Selain beberapa seni musik yang sudah dijelaskan, Masayarakat
sangihe juga mengenal beberapa permainan musik lain seperti: musik
tunta, musik bambu melulu, musik puhe dan music orkes. Musik orkes
adalah satu bentuk ansambel music yang diwariskan sejak masa
Spanyol.
- TARIAN SANGIHE
Masyarakat sangihe telah mengenal tari sejak zaman pra sejarah.
Dimulai dengan lahirnya tari lide dalam upacara sundeng. Tari
lide kemudian berubah karakternya menjadi mêsalai
(salai dalam bahasa sangihe artinya menari). Konseptual tari
sangihe pada awalnya dilakukan dalam upacara sundeng yang
merupakan bagian dari keutuhan teatrical upacara dimana
terdapat berbagai macam kesenian yang ditampilkan dan setiap orang
melakukannya berdasar peran masing-masing. Mêsalai
memasuki bentuk baru yaitu : pementasan secara spontan dalam
acara-acara keramaian. Mêsalai yang berakar dari tari lide
ditarikan oleh sekelompok orang dengan peran tunggal disertai gerakan
dan ekspresi spontan, tanpa dibentuk sebelumnya. Konsep utama tari
ini adalah gerakan bebas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
Tari ini mengalami perubahan-perubahan sampai muncul tarian
Gunde.
Berdasarkan fungsi dan perannya dalam kehidupan sosial, tari -
tarian sangihe dikelompokan dalam dua bagian yaitu ; Tarian Istana
dan Tarian Rakyat.
- Tarian Istana
- Tari Gunde
Pada awalnya tarian gunde ditarikan secara perorangan
dikampung-kampung oleh para wanita yang masih perawan pada
upacara perkawinan yang menggambarkan kesucian seorang wanita
sangihe. Gunde dalam bahasa sangihe berarti lambat. ( A. Takaonselang-Manganitu,wawancara. 2006).
Pada suatu masa masuklah kesenian ini menjadi bagian dari
kesenian Istana dikerajaan Manganitu. Penari dipilih dari
penari-penari terbaik di tiap kampung. Gerak dasar tari gunde
teradaptasi dari tari lide. Mulanya tarian ini dipentaskan
sebagai tarian hiburan untuk raja, kemudian berubah fungsinya
menjadi tarian penjemput tamu penting kerajaan yang dilakukan di
depan istana. Seiring perkembangan waktu, ada beberapa penari gunde
istana lalu menjadi selir raja. Persebaran penari gunde meliputi
semua wilayah kerajaan Manganitu.
- Tari Rangsang Sahabe dan Tari Alabadiri.
Tari ransa / rangsang sahabe atau dangsang sahabe
adalah tari yang tercipta dari sebuah sayembara. Tarian ini lahir
dari lingkungan istana kerajaan tabukan tahun 1700.Pada saat itu
terjadi kefakuman jabatan raja setelah Raja Don Fransiskus Yuda – I mengakhiri jabatannya.
Untuk mengisi kekosongan jabatan maka di persiapkanlah satu lomba
khusus kepada dua orang calon pengganti raja. Dua orang
tersebut adalah Dalero dan Pandialang. Lomba yang disiapkan adalah lomba dayung (dorehe) . Jalur yang ditempuh mulai dari Salimahe sampai ke Punge ( pulau beng laut).
Kompetisi itu terjadi kira-kira tahun 1720 dan dimenangkan oleh
Dalero dengan kecurangan. Dari kemenangan itu dalero berhak
menduduki tahta kerajaan. Nama lain dari dalero adalah Markus
Jakobus Dalero. Untuk memperingati kemenangan tersebut, dalero
menciptakan tari yang dinamakan tari Alabadiri. Pandialang hanya
menduduki jabatan Jogugu di Sahabe. Pandialang yang kecewa, lalu
menciptakan satu tarian tandingan yang disebut Rangsang Sahabe.
Secara umum tari alabadiri dan ransang sahabe memiliki kesamaan.
Tari alabadiri, dapat dikelompokam sebagai bentuk tarian
teatrikal. Penari membawakan peran dari sebuah cerita dalam bentuk
gerak tari. Tari alabadiri terbentuk dari 10 tahapan dengan konsep
tari dan cerita yang berbeda. Tari alabadiri menggunakan beberapa
properti pendukung tari seperti ;
kulubalang,kaliau,tokoting,sinsing,sondang. Tarian ini khusu dimainkan
oleh laki-laki diiringi “tambor” (bukan tagonggong) dan dipimpin oleh
seorang pangataseng dan dua kapita.
Tahapan tari alabadiri adalah :
- Penghormatan kepada penonton (pembukaan)
- Gerakan dengan alat kulubalang (tongkat berhias)
- Gerakan dengan alat tokoting (cambuk dari rotan)
- Gerakan dengan alat sinsing (cincin)
- Gerakan dengan alat sondang ( pisau kecil)
- Gerakan mesalai (menari-nari)
- Gerakan memainkan kaliau (perisai) ke telinga
- Gerakan memainkan kaliau (perisai) ke lutut
- Gerakan mangaemba (terbang seperti burung)
- Penghormatan kepada penonton (penutup)
Filosofi utama tarian ini bermakna “tunduk dan patuh pada penguasa.
Tari Upase, adalah tarian yang menggambarkan kesiapan pengawalan raja dalam setiap peperangan. Tarian ini disebut juga Opase.
Tari Běngko, adalah tari yang diadaptasi dari peran
prajurit kerajaan Tabukan dalam mengawal raja. Tari ini
menggambarkan kesiapan pasukan perang dalam menghadapi musuh.
Dalam bahasa sangihe, bengko berarti tombak.
Tari Kabasaran Tambor. Tarian ini menggambarkan semangat
perang, yang disampaikan melalui pukulan-pukulan tambor. Diperkirakan
bentuk kesenian ini teradaptasi dari kesenian eropa. Tarian ini
sudah punah dan tidak pernah lagi dimainkan.
- Tarian rakyat
- Tari Salo
Salo berarti mengamuk. Tari salo adalah bentuk tarian purba
yang dilakukan dalam upacara sundeng sampai masuknya bangsa eropa
di Sangihe. Prosesi salo dilakukan dengan cara mengelilingi korban
persembahan berupa babi. Diiringi bunyi-bunyian musik etnik sangihe
sambil menikam babi yang tergantung di pohon. Tari salo lahir
sebagai ekspresi perang antara kebaikan dan kejahatan dalam
kepercayaan sundeng (G, Makamea,dan masyarakat disekitar tempat upacara, wawancara, 2006)
Tari salo yang dulunya bagian dari kegiatan ritual adat kemudian
menjadi bagian dari tari pertunjukan rakyat. Biasanya tari ini
diperagakan saat ada kunjungan tamu terhormat atau dalam acara
tuludÄ›. Selain salo terdapat juga tari upase,tari bengko,tari
alabadiri dan dangsang sahabe yang menggambarkan semangat, dalam
bentuk tari theater. Tari salo adalah tarian rakyat sedangkan tari
upase,tari bengko,tari alabadiri dan dangsang sahabe adalah tarian
istana
- Tari Ampa wayer
Di era tahun 1940 – an, lahir sebuah kesenian rakyat baru,yang disebut “ampa wayer”.
Kesenian ini adalah kesenian rakyat yang muncul dari kepulauan
Siau. Kesenian ini merupakan adaptasi dan perpaduan dari kesenian
eropa dengan kesenian setempat. Tarian ini sudah berkembang sejak
masa penguasaan spanyol di kerajaan Siau dan menemukan identitasnya menjelang berakhirnya perang dunia ke - II. Ampa wayer adalah gerak tari kelompok yang dipimpin oleh seorang kapel.
Gerakan tari terbentuk berdasarkan irama musik pengiring . Pada
dasarnya, inti dari kesenian ini adalah tarian muda-mudi yang
ditarikan secara spontan dalam kumpulan keramaian sebagai bentuk
ekspresi kebebasan dan kemerdekaan.
- Tari Mědunde.
Tari ini berkisah tentang latar belakang lahirnya pulau siau.
Sepintas, cerita dalam tari ini mirip dengan kisah Tumatenden
dari Minahasa Utara dan kisah Joko Tarub dari jawa. Cerita dalam
tari ini mengisahkan perjodohan antara seorang laki-laki bernama Mědunde
dengan seorang bidadari dari khayangan. Awal kisah, medunde
seorang yang pintar berpuisi suatu ketika memasuki hutan untuk
mencari burung. Tetapi dia justru bertemu dengan seorang bidadari
yang sedang mandi bersama 9 orang saudaranya.Salah satu dari
bidadari itu yang kemudian menjadi isterinya. Dari pernikahan
itu lahir dua orang anak bernama pahawon sulugě dan kanawoeng (kanawoeng bergelar pahawontoka). Siau diambil dari kata sio (sembilan) dari kisah sembilan bidadari dan Mědunde (buku toponimi,............sudin kebudayaan dinas diknas, 2006)
- Tari Kakalumpang
Tari ini berkembang sejak masa kekuasaan VOC di sangihe yang
dipadukan dengan aktifitas masyarakat. Latar belakang ceritanya
adalah : Ternate sebagai perpanjangan tangan VOC mengklaim kekuasan
atas sangihe, sehingga rakyat sangihe harus memberikan upeti
kepada kesultanan ternate.
Upeti yang diberikan berupa minyak kelapa. Dari kegiatan mencukur kelapa inilah lahir kesenian Měkakalumpang. Tari kakalumpang juga mendapat sentuhan maluku dengan tari gaba-gaba.
Masih banyak kesenian sangihe yang tidak dapat dikembangkan seperti : Seni mebowo dan seni meganding.Seni mebowo, adalah bentuk seni yang dilakukan dalam bentuk nyanyi untuk menidurkan bayi dalam ayunan.Pengungkapan lagu hanya dengan syair yang bermakna
puitis.
Selain beberapa kesenian yang sudah dipaparkan sebelumnya,juga terdapat kesenian Islam asli sangihe yaitu : Hadrah mangut, Samrah dan Turunan.
Semua jenis kesenian Islam sangihe, pada awalnya lahir dan
berkembang di Tabukan kemudian menyebar ke seluruh daerah yang
berpenduduk muslim.
Sumber : BUDAYA INDONESIA.ORG