“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
(Amsal 17:17)

Istilah a friend in need is a friend in deed sering kita dengar dalam istilah persahabatan di dunia ini, tetapi terkadang banyak hal juga yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Misalnya: ada seseorang yang memilki prinsip bahwa Teman itu no. 1 dibandingkan keluarga. Setiap ada kasus apa pun juga yang pertama dicari adalah teman atau sahabatnya karena biasanya seorang teman akan melakukan apa pun demi sahabatnya. Seorang sahabat selalu ada waktu untuk ditemui, selalu mendengarkan curhatan, selalu siap membantu apa pun juga bahkan melakukan tindak kriminal seperti membantu perkelahian juga akan dilakukannya.
Tetapi sekarang ini kita harus belajar dari kebenaran Firman Tuhan dalam Amsal 17:17. Seorang sahabat seharusnya menjadi sahabat yang membawa kehidupan dengan dasar kebenaran firman Tuhan, jika kita membutuhkan seseorang umtuk apa yang kita perlukan kita juga harus memberikan apa yang sahabat kita butuhkan, terutama dalam hal-hal kehidupan yang berdasarkan pada nilai-nilai kerajaan Allah.
Kita sebagai seorang sahabat harus menunjukan kasih kita melalui dengan membangun hubungan, dengan mendoakan sahabat kita agar kehidupannya memiliki damai sejahtera Allah setiap hari, selalu memberikan perkataan positif, membangun, menghibur, dengan kasih sehingga, kita dapat menanamkan nilai-nilai kerajaan Allah.
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu karena kasih itu adalah Allah, kalau kasih Allah ada atas hidup kita, otomatis orang-orang di sekeliling kita akan merasakan kasih itu, dan waktu kasih itu meluap kita dapat memberitakan kebenaran firman Allah melalui nilai-nilai kerjaan Allah untuk memenangkan banyak jiwa.
date Senin, 19 April 2010
“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,” (1 Petrus 2:2)
Beberapa belas tahun lalu timnas bola basket Indonesia sedang dipersiapkan untuk menghadapi even Sea Games. Lalu didatangkan 2 orang pelatih dari negeri Tirai Bambu untuk menangani tim putra maupun putri. Pemilihan pelatih ini didasari pada prestasi mereka menangani tim-tim di Negara China yang merupakan tim-tim terbaik di daerah Asia. Pada sesi latihannya para pelatih ini memberikan instruksi dasar untuk mengkoreksi dan memantapkan dasar permainan tim. Setelah berjalan beberapa minggu, tim putra meminta untuk mengganti pelatih dengan alasan latihan yang diberikan terlalu mudah. Dan akhirnya didatangkan pelatih asing dari negara lain. Berbeda dengan tim putri yang terus antusias dan tekun mempelajari setiap instruksi yang diberikan. Akhirnya pada Sea Games tahun itu, tim putri Indonesia berhasil menorehkan prestasi tertinggi yang pernah diraih Indonesia dengan membawa pulang medali perak. Berbeda dengan tim putra yang pulang dengan tangan hampa.
Seorang pelatih nasional sempat mengomentari kegagalan Tim putra saat itu, yaitu mereka terlalu sombong dengan menganggap enteng latihan dari pelatihnya yang pertama. Bukan latihannya yang terlalu mudah tapi peserta didiknya yang bodoh. Buktinya dengan metode latihan yang sama si pelatih bisa membawa tim di negaranya menjadi juara dan disegani di wilayah Asia.
Saudara, pertumbuhan rohani kita juga akan ditentukan pada sikap kita untuk menerima ajaran yang benar. Jika sikap hati kita mengabaikan dan menganggap enteng tentulah tidak akan pernah bertumbuh. Antusiaslah dalam mendapatkan pengajaran, baik melalui ibadah, sharing dalam kelompok kecil, pengajaran di gereja, buku-buku atau sumber apapun. Antusias Andalah yang akan menentukan seberapa jauh pertumbuhan Anda.

date
A woman who had been subjected to bleeding for twelve years came up behind Jesus and touched the edge of his cloak. She said to herself, “If I only touch his cloak, I will be healed.” Jesus turned and saw her. “Take heart daughter,” he said, “your faith has healed you.” And the woman was healed from that moment.
- Matthew 9:20-22

Pulitzer Prize-winning author Laura E.Richards often wrote stories exploring man’s capacity for tenderness toward those around him. One such story, “The Hill,” tells of a small boy, discouraged and doubtful that he could ever make it to the top of a large hill. His older and wiser sister tricks him into playing a game in which the two match footprints to see whose is the best. After a while the boy looks up in disbelief.

“Why,” he said, “we are at the top of the hill!”
“Dear me!” said his sister. “So we are!”

Confronted by life’s problems, it often seems easier to despair. Instead of putting one foot in font of the other, confident we can make the climb, we remain stuck at the bottom. Faith is not complacent; faith is a potent mixture of belief and action. It is the big sister advising us to move our feet. When the darkness of despair descends over you, turn to the night-light of faith in possibilities greater than yourself. God has given us the gift to help us on our path to the top of the hill.

Food for thought.
Every tomorrow has two handles. I can take hold of it by the handle of worry, or the handle of faith. Which will I choose?
date
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5 )
Mungkin beberapa dari kita pernah menanam atau memperhatikan cara seseorang menanam pohon buah-buahan. Agar pohon itu menghasilkan buah yang baik maka salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah mengenai nutrisi. Nutrisi ini selain diperoleh dari pupuk yang wajib diberikan agar dapat diserap oleh pohon buah tersebut maka kita juga perlu untuk menyingkirkan ranting-ranting yang tidak berguna yang memboroskan nutrisi yang telah diserap oleh akar pohon tersebut. Ini berarti kekayaan nutrisi akan menentukan kualitas buah dari pohon tersebut.
Saudara, kita belajar proses pertumbuhan pohon buah melalui tahap-tahap menanam benih, berakar bertumbuh hingga mencapai kedewasaan yang ditandai dengan berbuah. Demikianlah dengan hidup kita di dalam Kristus. Kita juga perlu memahami pentingnya kekayaan kepenuhan nutrisi dari kehidupan batin kita. Karena kedewasaan seseorang berbanding lurus dengan kekayaan batin orang tersebut. Kekayaan batin membuat seseorang mampu memberikan pengampunan terhadap orang lain yang bersalah, orang tersebut juga dapat secara alami mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadinya. Dan ia juga memiliki terbuka dan tidak picik sehingga bisa bertoleransi dan selalu mau untuk terus belajar. Menjadi orang yang murah hati, berlapang dada, tidak egois.
Seseorang yang miskin dalam batinnya tidaklah dewasa. Allah mau kita untuk berakar dalam kebenaran dan kasih, bertumbuh dan menghasilkan buah-buah roh yang nyata. Karena itu janganlah kita jemu untuk mengisi hidup kita dengan kekayaan rohani yang adalah kehidupan Kristus itu sendiri yang adalah kebenaran dan menyingkirkan segala perkara yang memboroskan kehidupan kita sehingga kita memiliki kehidupan yang dewasa seperti Kristus.
date
Two friends were walking through the desert. In a specific point of the journey, they had an argument, and one friend slapped the other one in the face.

The one, who got slapped, was hurt, but without anything to say, he wrote in the sand: "TODAY, MY BEST FRIEND SLAPPED ME IN THE FACE".

They kept on walking, until they found an oasis, where they decided to take a bath. The one who got slapped and hurt started drowning, and the other friend saved him. When he recovered from the fright, he wrote on a stone: "TODAY MY BEST FRIEND SAVED MY LIFE".

The friend who saved and slapped his best friend, asked him, "Why, after I hurt you, you wrote in the sand, and now you write on a stone?"

The other friend, smiling, replied: "When a friend hurts us, we should write it down in the sand, where the winds of forgiveness get in charge of erasing it away, and when something great happens, we should engrave it in the stone of the memory of the heart, where no wind can erase it"

Learn to write in the sand.
date
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)

Ada seekor gorilla yang bernama Kera. Binatang itu terlahir di kebun binatang Barcelona, Spanyol. Lantaran ditolak oleh ibunya sendiri Kera kemudian dipindahkan ke kebun binatang Wilhellma, Stuttgart –Jerman sebelum kemudian dipindahkan ke Inggris. Di Inggris, Kera mendapatkan pengasuhan dari Emily Pugh. Emily-lah yang sehari-hari memainkan peran penganti sebagai ibu gorilla itu. Ia telah menjalin persahabatan yang kian hari kian dekat dengan binatang asuhannya. Emily membaktikan seluruh hidupnya untuk merawat dan membesarkan Kera.
Kedekatan makhluk berbeda spesies itu ternyata membuat keduanya memiliki semacam ‘ikatan bathin’ layaknya seorang ibu dengan anaknya. Dalam sebuah foto yang dirilis sebuah situs, tergambar bagaimana Kera yang berusia empat tahun memeluk erat Emily dan mereka dipenuhi dengan tawa bahagia. Kesepian yang dialami Kera karena penolakan induknya, tergantikan dengan kehadiran Emily yang menerimanya apa adanya. Kalau saja Kera bisa bernyanyi, mungkin ia akan melantunkan That’s What Friends Are For... Itulah gunanya teman...
Jika manusia dan binatang bisa bersahabat karib, tentu saja hal itu juga berlaku untuk persahabatan antar manusia. Sebagai makhluk ciptaan yang paling sempurna, manusia dijadikan Tuhan dengan kepekaan sosial yang memungkinkannya bergantung kepada orang lain. Ia tidak bisa menjadi independen tetapi saling bergantung satu dengan yang lain.
Saudara, rasanya ini waktu yang tepat untuk berterimakasih kepada Tuhan karena kehadiran teman-teman dalam hidup Anda. Merekalah bagian dari proses perjalanan kita untuk menjadi semakin utuh dan dewasa. Untuk itulah mereka ada.


date

Kenalan yah teman-teman

Foto saya
Palu, Sulawesi-Tengah, Indonesia
Keingintahuan akan pengetahuan