JBlogs~Kebudayaan  adalah  komplikasi (jalinan) dalam  keseluruhan  yang  meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat, serta  lain-lain  kenyataan dan  kebiasaan-kebiasaan  yang  dilakukan  manusia   sebagai  anggota  masyarakat. Kebudayaan  adalah  salah  satu  ciri  yang   membedakan  antara  manusia   dengan  binatang.Kebudayaan sangihe memiliki semua unsur -  unsur  kebudayaan yang ada.Terhitung  sejak  mithology  tagharoa, maka  kebudayaan  Sangihe purba  dimulai sejak tahun 3000 
sebelum  masehi dan  berakhir   sesudah  saman  logam (nusantara). Mithologi  tagharoa  adalah  mithology  Pasifik.  Sebagian  peninggalan saman purba  dari saman  batu
masih  dapat  dilihat  di  kepulauan sangihe.
 
   
Secara tipologi peninggalan bersejarah di sangihe, membuktikan  bahwa benda-benda tersebut  memang  berasal  dari  saman purba, meskipun sampai saat  ini  belum  diketahui  secara  jelas tentang fungsi  dan  umur  dari  benda tersebut. ( Tipologi  adalah  suatu  cara   untuk  menentukan umur benda budaya berdasarkan bentuknya. Makin  sederhana benda budaya  makin tua  umurnya )
 
Gong dalam bahasa  sangihe  adalah  Nanaungan. Berfungsi  sebagai musik pengiring  upacara  keagamaan  dari  saman   logam.
 
KEHIDUPAN BERAGAMA DAN  
KEPERCAYAAN  SUKU  SANGIHE
 
Kehidupan  beragama  pada dasarnya  merupakan kepercayaan terhadap  keyakinan adanya  kekuatan gaib,luar biasa atau  supranatural yang  berpengaruh  terhadap  kehidupan individu dan  masyarakat, bahkan  terhadap  segala  gejala alam. Mempercayai sesuatu  sebagai  yang suci atau  sakral adalah  ciri khas kehidupan  beragama.(Busstanudin Agus, Agama  dalam  kehidupan  manusia,50,2005).
Manusia beragama karena  beberapa hal yaitu ; Tidak  mampu  mengatasai bencana alam,tidak  mampu melestarikan sumber  daya dan  keharmonisan  alam,tidak  mampu mengatur  tindakan  manusia untuk  dapat  hidup  damai satu  sama  lain dalam  masyarakat. (Evans-Pritchard, dalam Busstanudin Agus, Agama  dalam  kehidupan  manusia,50,2005)
Kepercayaan  ialah  sistem  keyakinan yang  dianut oleh seseorang atau  masyarakat dan  menjadi  dasar  orientasi  dan  prilakunya. Unsur yang  biasanya terkandung dalam  kepercayaan ialah : mithos,ketuhanan,manusia,alam semesta,doa,mistisisme, magi dan  tujuan  kehidupan. ( D.J. Walandungo, Tesis,Islam Tua Terpasung dan Merana,2002).
 
  1. Masa Sundeng
Jauh  sebelum   terbentuknya  kerajaan pertama,  suku  sangihe  sudah menganut sistem  kepercayaan.  Kepercayaan yang  dianut suku  sangihe  dimasa  lalu tidak dapat dipastikan  seperti apa.D. Brillman  dalam  bukunya Onze zending velden De zending op de sangi-en Talaud – eilanden menjelaskan  bahwa  sampai  abad  ke – 16 terdapat   sistem  kepercayaan  yang  disebut “ kepercayaan mana “.  Mana  adalah  kekuatan  yang  menonjol,yang  menyimpang  dari kekuatan  yang   biasa, kekuatan ini hadir secara  gaib  di mana –mana (sakti). Pendapat  umum, mengatakan  bahwa kepercayaan suku  sangihe  dikelompokan  sebagai kepercayaan  animisme. Animisme  adalah  suatu  kepercayaan  mengenal  adanya roh-roh dan  mahluk-mahluk  halus yang  mendiami  seluruh  alam  semesta. Selain  pendapat  diatas,  suku  sangihe dimasa lalu  juga  menganut   fetis atau  pemujaan  terhadap  benda-benda alam  maupun buatan  manusia yang  diisi  dengan  kekuatan  gaib, jika benar fetis,  berarti  agama sangihe purba  juga  beraliran dinamisme.    (Dr. Harun Hadiwijono, Religi suku murba di Indonesia,2006

Beberapa  pendapat  tentang   kepercayaan  sangihe dapat dilihat  melalui  aktifitas keagamaan  masa lalu. Masyarakat  sangihe   mengenal beberapa  ritual  keagamaan seperti ritual  mÄ›sundeng. Sundeng  bukan   hanya  sekedar  ritual keagamaan tetapi sebagai  sebuah komunitas yang  didalamnya  terdapat suatu  kehidupan budaya dan sistem kemasyarakatan yang  memiliki   hubungan   dengan  sebuah kekuatan   yang  dianggap  lebih  berkuasa dari komunitas  tersebut.  

Komunitas ini  mengatur  adanya  pemimpin agama  yang di sebut Ampuang. Ampuang  bertindak  sebagai  orang yang  berkedudukan  tertinggi  dalam  komunitasnya. Dalam  menjalankan aktifitasnya   ampuang  dibantu  oleh  para  tatanging dan  para  bihing. Penetapan kedudukan dalam  komunitas  sundeng dilakukan  melalui  proses pemuridan atau bawihingang.

Kegiatan utama ritual  mÄ›sundeng  adalah menalÄ›  atau  mempersembahkan sesaji. Pada awalnya pemberian sesajen dilakukan  dalam  bentuk  pengorbanan yang  mengorbankan manusia kepada   penguasa  alam. Ritual  sundeng tidak  dilaksanakan ditiap  kampung tetapi  dilaksanakan dalam  suatu pusat  penyembahan yang  disebut  penanaruang.Terdapat tempat  pelaksanaan  ritual sundeng  yaitu di  manganitu, pananaru,pulau  mahumu dan beberapa  tempat  lain. Pusat penyembahan  terbesar   terdapat di  kampung  Pananaru kecamatan  Tamako. Pelaksanaan  ritual  sundeng dihadiri  oleh perutusan  komunitas   sundeng terkecil dari  tiap  kampung. Tidak   semua  komunitas sundeng  memiliki  ampuang  ataupun tatanging, kebanyakan  dari  komunitas  kecil  hanya  memiliki  seorang bihing.

Secara garis  besar, tata cara  pelaksanaan  kegiatan   menalÄ›  dimulai  dari   berkumpulnya  para anggota komunitas sundeng melalui  perutusannya. Duduk melingkar berdasarkan   kedudukan  dan peran dalam  kegiatan penyembahan. Mempersiapkan  seseorang  yang  akan  dikorbankan. Meminta   petunjuk  dari penguasa alam. Setelah direstui  ditikamlah  satu  orang yang  sudah dipersiapkan dengan  alat yang  bernama  kenang. Diyakini  jiwa  sang  korban menuju  tempat  lain. Berpindahnya  jiwa korban diantar  melalui prosesi budaya seperti  tari  lide’, bunyi-bunyian  alat  musik  oli’ disertai tagonggong dan  nanaungang. Setelah  semua  kegiatan selesai, semua peserta makan  bersama.

Komunitas sundeng  meyakini  adanya   kekuatan  yang   melebihi  kekuatan  mereka, untuk itu mereka mempersembahkan korban  sebagai  bentuk  hubungan antara manusia  dan  sang  penguasa   alam. Kekuatan   yang   melebihi  kekuatan  manusia  dalam  komunitas sundeng  berupa kekuatan tidak  terlihat atau roh. Kekuatan tersebut terdiri  dari  tiga unsur roh yang dibedakan  dari orang-orang  yang menyembahnya yaitu Ghenggonalangi, Aditinggi dan Mawendo. Ghenggonalangi  adalah  kekuatan yang  berkedudukan  setinggi langit  yang  menguasai seluruh bumi. Aditinggi adalah  kekuatan yang  berkedudukan  didaratan tertinggi, yang disembah  oleh  orang  - orang di perbukitan. Mawendo  adalah  kekuatan yang  berkedudukan  dilaut  yang   disembah   oleh orang-orang dilaut  dan  dipesisir  pantai.

Pada  saat  ritual  sundeng masih  dijalankan  dalam  sebuah  komunitas   sundeng maka  muncullah sebuah  ritual yang  disebut  mÄ›daroro. Inti  dari  ritual  ini  adalah mencari dan menemukan petunjuk dari roh  leluhur yang sudah  mati. Ritual inilah  yang ditafsir oleh D.Brillman  dalam  buku (Kabar baik  dari bibir pasifik,terjemahan) sebagai agama  orang  sangihe. Ritual  medaroro masih dilaksanakan di  pananaru  sampai  tahun  1976 (wawancara  dengan  tua  kampung  pananaru,thn 2007), di Manganitu sampai  tahun 1960-an (wawancara   dengan bpk. Garing,bapak Ulis).

Konsep dan  tata cara  pelaksanaan  ritual medaroro masih  diadaptasi  dari ritual  sundeng termasuk lokasinya. Dikemudian  hari  lokasi  pelaksanaan  medaroro sudah  dilaksanakan di  kampung-kampung  dalam  komunitas  kecil yang   dulunya  adalah komunitas  kecil sundeng. Yang  membedakan  antara  sundeng   dengan  medaroro  adalah persembahan  korban tidak  lagi  menggunakan manusia  tetapi menggunakan  babi. (wawancara dengan tua  kampung, Nahepese, Bengka, Karatung, Kauhis, 2001 – 2007). Digantinnya  korban  manusia  dengan  babi, dimulai pada  saat  masuknya bangsa  eropa di  kepulauan  sangihe. Pada  akhirnya  persembahan korban  dalam  ritual  medaroro diganti  dengan  persembahan  sesajen nasi  kuning dengan  lauknya.(wawancara  dengan bpk. G. Makamea,2007).  Makna  kekuatan yang  disembah  dalam ritual medaroro tidak  lagi  kepada  Ghenggonalangi,aditinggi dan mawendo  tetapi  kepada HimukudÄ›. Selain ritual  sundeng dan  medaroro masih  ada  ritual  lain  yang  pernah  dilakukan  masyarakat  sangihe  dimasa  lalu seperti ritual  menahulending banua,menondo sakaeng,mendangeng sake, melanise tembonang, menaka batu, dan  lain-lain.

Ritual menaka batu (menutup kubur dengan  batu)  adalah   ritual purba  yang  berhubungan  dengan peristiwa kematian,ritual ini dilakukan beberapa saat setelah penguburan jenasah. Berdasarkan temuan, batu penutup kubur ini diambil dari tempat yang sangat jauh dari tempat penguburan karena lokasi pekuburan tua ini berada di atas bukit.Dilihat dari bentuk bangunan, dapat diidentifikasi bahwa kuburan yang menggunakan tutup batu, dibuat pada saman Batu besar.

Tutup batu kubur ini menyerupai dolmen.Ukuran batu mulai dari 50 x 50 cm sampai 100 x 250 cm dengan ketebalan 5 – 25 cm. Berat batu berfariasi dari  50 kg sampai  700 kg. Pada bagian bawah terdapat 4 sampai 5 tiang batu setinggi 40 cm dari atas tanah.Ritual menaka batu menunjukan status sosial masyarakat. Kuburan yang memiliki penutup batu paling besar  berasal dari kalangan atas sedangkan kuburan yang memiliki penutup batu kecil dari kalangan bawah.Berdasarkan penuturan dari  tua-tua kampung pananaru  dan  lapango, untuk mengangkat  batu ukuran besar memerlukan tenaga  sebanyak 50 sampai 100 orang yang dilakukan secara estafet.Diatas batu, duduk seorang pemimpin yang memberikan perintah.Setibanya di pekuburan ada seorang tua-tua adat yang sedang memainkan musik Tagonggong, pada saat batu penutup kubur mulai diangkat keatas bukit, sering terjadi perkelahian. Setelah prosesi menaka batu selesai, diadakanlah pesta dalam bentuk meberi makan seluruh pekerja.  
Situs kuburan  tua  sangihe yang  memiliki konstruksi  yang  sama,   menggunakan  penutup  batu  besar terdapat di  pantai  pananualeng, pananaru, pangalemang, bawuniang lapango.

Konsepsi  masa lalu  tentang   keragaman  budaya terbawa jauh  sehingga menemui  suatu  perubahan dengan  munculnya upacara  Tulude. Upacara  ini  dilaksanakan setahun sekali sabagai  upaya mensyukuri keberadaan ditahun  yang  sudah dilalui dan  menolak  bala  di tahun  yang baru. Pada upacara   ini  ditampilkan  semua bentuk  hasil  kebudayaan sangihe.  Tulude  merupakan  upacara   adat  terbesar.

Filosofi  utama  dari  tulude terletak  pada  tamo, dimana  seluruh  lapisan  masyarakat dapat  hadir tanpa harus diundang. Pada  kegiatan  ini  tampak  nilai kebersamaan antara pemerintah  dan  masyarakat, antara  masyarakat  yang  satu  dengan  lainnya dengan  tidak  membedakan status  dan  kedudukannya  dalam  kehidupan bermasyarakat.
  1. Masuk  dan berkembangnya  agama  luar  di  kepulauan  sangihe.
  1. Agama Islam
Islam  merupakan  agama  luar  pertama  yang  masuk  dan  berkembang  dikepulauan sangihe. Sebelum  agama  Islam berkembang  lebih  luas disangihe, sudah lahir  sebuah  komunitas  kehidupan beragama  menyerupai  islam yang  disebut  Islam tua atau  kaum  tua. Aktifitas  keagamaan komunitas  ini masih  mempercayai  dan   mengikuti kebiasaan penganut  islam Alquran, seperti  melakukan puasa,melakukan sholat berjamaah,merayakan  beberapa hari  keagamaan  Islam berdasarkan  islam quran. Komunitas  keagamaan  ini  tidak  memiliki kitab  suci sebagaimana  agama  Islam  Al-quran. Mereka  meyakini  bahwa ajaran  islam tua disebarkan  pertama  kali  oleh  seseorang yg  kemudian  disebut  sebagai Mawu Masade. (penjelasan beberapa umat islam tua 2003). Salah  satu  ajaran leluhur   yang mereka  anggap  patut di jaga  adalah :  umat tidak perlu sekolah tinggi,  karena  kalau  sekolah  tinggi dapat mengotori tingkat keimanan mereka  kepada Tuhan  Yang  Maha Esa (wawancara  dengan bpk. Manto  Kirimang,2007)
Masade  adalah  seorang  anak  berumur  7  tahun  yang   ditemukan  di kerajaan  Tabukan pada  masa   pemerintahan  Raja  Dalero. Pada  saat  itu   terjadi   perang  antara  kerajaan  tabukan  dan   kerajaan islam LumaugÄ›. Penyebab  perang bukan masalah  agama  tetapi dendam  kepada  sultan  sibori  dari ternate yang  membawa lari  Maimuna putri  raja Dalero. (Sultan  sibori  sering  berkunjung ke kerajaan  Lumauge).  Pada  saat  terjadi  perang,masade bersembunyi didalam  perahu yang tertutup ditanah. Dia ditemukan  dan dibesarkan oleh  Manakabe. Masade   mempelajari  agama  Islam di Ternate dan Mindanao lalu  kemudian  menyebarkannya ke sangihe.  Masade meninggal  dan dimakamkan  di   Tubis,Philliphina,  beberapa  waktu  setelah perjalanannya ke Ternate,Mongondow,dan  Mekah.
Ajaran  Masade  diteruskan oleh  muridnya yang  bernama Penanging. Penanging melakukan  pemuridan kepada tiga orang  yaitu  Makung, Hadung  dan  Biangkati. Ajaran  tiga  murid  penanging  inilah  yang  melahirkan  tiga aliran  ajaran dalam  Islam Tua.  Tempat  ibadah komunitas  keagamaan  ini  dinamakan  mesjid, alat yang  digunakan   untuk  memanggil  orang  beribadah menggunakan  lonceng. Shalat   berjamaah  dilaksanakan tiap  hari Jumat. Ajaran  utama  mereka  berasal  dari  imam. Ada   kemungkinan lahirnya  komunitas  keagamaan  islam  tua merupakan  kegagalan  dari  dakwah  islam  Syi,ah.

Disaat  agama  islam  tua  sedang  mengalami tekanan  dari berbagai pihak terutama tekanan  dari  negara  sendiri, muncul seorang  penyelamat  yaitu Pendeta Don Javirius Walandungo. Melalui  sebuah  tesis dengan  judul “ Islam  Tua Terpasung  dan  merana” telah  membuka  mata  pemerintah  untuk  menyelamatkan agama  ini dari tekanan saudara-saudaranya.

Sampai saat  ini tidak  ada  bukti yang  dapat menguatkan tetang kapan masuknya ajaran islam mula-mula di kepulauan  sangihe. Secara  umum, ajaran  islam  masuk ke Indonesia oleh beberapa ahli berasal  dari India, Coromandel, Arabia, Mesir, China dan  Persia.  Diperkirakan ajaran yang masuk ke sangihe melalui philliphina dan  ternate.

Ajaran  Islam  masuk  dan  berkembang disangihe dilihat  dari  dua kemungkinan. 
Pertama,  masuk  melalui Philliphina awal  tahun 1400 oleh pedagang dan pelaut china yang melalui  jalur pelayaran  laut. Persebaran islam ini dilakukan melalui pelayaran  yang  dilakukan juga oleh  pelaut   china, Cheng Ho dalam  kunjungannya  di pulau Sulu. Masuknya ajaran islam dari philliphina juga  dipengaruhi  oleh  hubungan  dagang yang  dilakukan  oleh  muslim cina  maupun  muslim moro,mindanao.

Kedua, masuknya ajaran islam dari Ternate diperkirakan  pada  abad ke  14, karena  pada   saat   itu islam  sudah  tersebar diseluruh  ternate. Sultan  ternate  yang  benar – benar  sudah   memeluk  agama  islam  adalah Sultan Zainal  Abidin (memerintah sebagai  sultan thn 1486-1500),Zainal Abidin belajar islam dari  Sunan Giri. Pada masa  pemerintahan  sultan  Baabullah anak  dari  Sultan  Hairun (1570-1583) kesultanan  ternate  mencapai  kejayaan. Wilayah  kekuasaannya  sampai ke  Philliphina. Orang  pertama   yang  menyebarkan  agama  islam AlQuran disangihe  adalah Imam  Penanging  yang  kemudian  dianggap  oleh  penganut  Islam  tua sebagai murid  dari  Masade ( wawancara   dengan  bapak   Gabriel, kepala MI Petta )

Menurut  tradisi  lisan sangihe, agama islam  pertama  kali  diperkenalkan di Tabukan oleh seorang arab bernama  Syarief Maulana Moe’min pada  abad  ke 15 dan  mendapatkan  pengaruh pertama terhadap  raja kerajaan Lumauge. ( Suwondo,1978 dalam D.J.Walandungo, Islam  tua  terpasung dan merana ). Kerajaan  lumauge  berpusat di sebuah  bukit   di  belakang  moronge. Kerajaan  ini  adalah  satu-satunya  kerajaan islam di sangihe  yang  merupakan bagian  dari  kekuasaan  kerajaan  Tabukan.

Pada  abad  ke 19 datanglah seorang imam  dari  pontianak yang  mengajarkan  ajaran  Islam. Imam tersebut dijuluki “Imam Pontiana”. Sesudah imam “pontiana” dipulangkan  oleh  pemerintah Kerajaan Tabukan ke pontianak, muncul lagi   seorang  pengajar agama  islam dari tabukan  bernama Walanda  yang  sebelumnya pernah berguru pada Tamieng. Walanda  memperdalam ilmu Islam di mongondow,setelah kembali  ke sangihe ia membuka  pengajian di  tabukan. Pertengahan  abad ke 19, raja  Kumuku (Hendrik David Paparang) mempelajari agama Islam di Ternate. Sekembalinya di Sangihe, dia membawa seorang anak bernama Moedin Baud. (catatan  laporan  kunjungan Gubernur jendral di kerajaan Tabukan, 1927)

Pada  masa  pemerintahan  Presidentsi  raja Cornelis  Siri  Darea tahun 1886,  agama  islam  di Kerajan Tabukan  mendapat  tekanan. Kapiten laut  Hadiman Makaminan dan Maloehenggehe Paparang  dihukum  karena  berguru  ajaran  islam  pada  Husein (orang Gorontalo). Orang-orang  yang  masih  memeluk  agama  Islam di Tabukan  diungsikan  ke Tahuna   dan  membentuk komunitas baru kampung islam Tidore. Pengungsian dipimpin  oleh Abdoel Latief. Di bowondego/lenganeng  mereka  menangis sambil  mengucapkan doa  Ya Allah Tuhan  yang  rahman, PadaMulah tempat  berlindung, Sertailah berkat, teguhkanlah iman, Peliharalah  hambamu diperasingan. Diantara  para  pengungsi  terdapatlah  seorang  yang  bijak bernama Ontameng Kakomba  yang  kemudian  menjadi guru  agama Islam di Tahuna. 

Di masa  pemerintahan raja  Tahuan, Dumalang, islam mendapat tekanan. 15  orang penganjur  Islam  diasingkan  diluar Sulawesi.Atas  pertolongan  Controleur Hoeke beberapa tahun kemudian dibangunlah  sebuah  mesjid di Sawang. Dimasa pemerintahan Raja D. Sarapil 1898 umat  islam dalam pembuangan Tahuna,  diijinkan pulang ke Tabukan dan  membangun  mesjid di Moronge dan Peta.
Tahun 1915 datanglah  seorang  Ambon  bernama  Marasa Besi mengajarkan  ilmu  sihir bertopeng  agama Islam. Tahun 1919  Sarikat Islam terbentuk di  Tabukan, organisasi  ini  bubar  pada  tahun 1921. Karena  kesalah pahaman, pemimpin  Sarikat  Islam  J.G. Janis  dihukum, sampai meninggal  dan  dikuburkan  di Surabaya. Pada   masa  pemerintahan  raja W.A. Sarapil tahun 1925, kehidupan  beragama di  kerajaan  tabukan  menjadi baik. (disarikan oleh Bombaran Makaminan  dalam catatan  laporan  kunjungan Gubernur jendral di kerajaan Tabukan, 1927 )

Satu-satunya  kerajaan  Islam  di Sangihe  adalah Kerajaan Lumauge yang  berpusat di Moronge, dibawah kekuasaan Kerajaan Tabukan. Kerajaan lain disangihe   yang  mendapat  sentuhan islam  adalah   kerajaan  Kendahe. Raja  kerajaan  kendahe  pertama  adalah  anak  Sultan  Achmad  dari  philiphina, memerintah   thn  1600 – 1640. Raja Tabukan yang beragama islam  adalah raja Gadma.  ”Utusan  raja Gadma menegaskan  kepada pemerintah  spanyol di manila bahwa mereka  rela meninggalkan  agama  islam dan  memeluk  agama  kristen” ( Meersman  1967 dalam D.J.Walandungo, Islam  tua  terpasung dan merana).
  1. Agama  Kristen.
Misi  Khatolik Portugis pertama yang  tiba  di  Maluku  adalah beberapa  rahib Franciscan  yang  mendarat  di Ternate tahun 1522,kemudian berkembang  pesat  sampai  tahun 1570, di ambon lease,bacan,halmahera – morotai,ternate-tidore, Banggai,Manado dan  Sangihe. Hal  ini  terlaksana   atas  usaha dari Misionaris Jesuit, Franciscus Xaverius sejak  tahun 1546 selama 15 bulan penginjilan. Sesudah tahun 1570 Misi   Roma  khatolik mulai  mengalami  kemunduran akibat  dari, dibunuhnya  Sultan Hairun oleh  Portugis.

Tahun 1563, pater  Diego de Magelhaes membaptis  “raja  Manado” dan  raja Siau Possuma. Thn. 1566  raja  Siau   yang  baru  kembali  dari  pengungsian ditemani  oleh misionaris  dari  Ternate Pater Mascarenhas. Akhir bulan september 1568 raja Kolongan  meminta rohaniawan  di siau  untuk  menerimanya  menjadi  Kristen. Tgl. 5 Oktober 1568, Pater Mascarenhas tiba  di pulau  sangihe, mengajar selanjutnya membaptis dan  menikahkan  beberapa  bangsawan di kerajaan  kolongan.Tahun 1563  adalah  awal sentuhan  Khatolik di Siau.Perkembangan  protestan  di pulau  sangihe  dapat di periodisasikan  berdasarkan  buku  Wilayah-wilayah  zending  kita, Zending dikepulauan sangi dan talaud, sebagai  berikut :
 
  1. Masa  awal  protestan  (masa  VOC)
Penyebaran protestant calvinis  dimulai sejak Spanyol
menarik  diri  dari Sangihe, setelah  VOC  merebut  Tahuna
pada  tahun 1666. Pendeta  mula-mula  adalah Ds. Pregrinus
(1677) dan Ds. Cornelis de Leeuw, sebagai  pendeta
pertama yang berkhotbah  dalam  bahasa  Sangihe (1680
  • 1689).
Penyebaran  agama  kristen protestan mula-mula dilakukan  oleh  para  pendeta pegawai VOC. Tahun 1675     Pendeta  J. Montanus mendapati bahwa jemaat-jemaat di Manado sudah sangat lemah. Tahun 1677  VOC menetapkan Pendeta Zacharias Cacheing di Manado. Sampai tahun 1700 tidak banyak  lagi  pendeta  yang  mau  datang  ke Indonesia. Kekristenan  pada  masa VOC terjadi  bukan karena  keimanan tetapi  karena  tekanan  politik. (Prof.Dr.I.H.Enklaar.Sejarah gereja ringkas,81,1966)

Tahun 1674-1675 adalah masa awal sentuhan protestan di pulau  sangihe. Pada  masa itu Pendeta Franciscus Dionysius  dan  Pendeta Ishacus Huysman berkunjung ke pulau sangihe,kemudian sakit  lalu  meninggal  dan  dikuburkan ditepi pantai, jalan  menuju ke  angges. Thn. 1676  sangihe  dikunjungi   oleh Pendeta. J.Montanus  dan  Pendeta Peregrinus. Tahun  1770 – 1853 Pendeta Josep Kam Bertugas di Maluku dan dijuluki Rasul Maluku,  pendeta  ini   sering   melakukan   kunjungan  ke  sangihe.  Pendeta  terakhir  yang  berkunjung  ke pulau  sangihe semasa  VOC  adalah Pendeta  J.R. Adams pada tahun 1789.  31 Desember 1799 VOC dibubarkan, sejak bubarnya VOC tidak ada lagi pelayanan rohani
  1. Masa NZG  (Nederlandsch Zendeling Genootschap ) Perserikatan  Pekabaran Injil Belanda
Van der Kamp mendirikan NZG Tahun 1797. Tahun 1817 Pendeta  Josep Kam berkunjung ke Minahasa. Tahun 1819 Lenting berkunjung ke Minahasa.Pendeta Josep Kam dan Ds. Lenting mendapati orang Kristen tidak ada pelayanan lagi,lalu mereka  melaporkan keadaan itu pada NZG di Belanda. Pada tahun 1822 atas laporan diatas maka NZG mengirim 2 orang berkebangsaan Swiss,  L.Lamers di Kema ( meninggal 1824 di Kema ) W. Muller di Manado (meninggal 1827 di  Manado) Mereka meninggal karena penyakit Typus.Dalam pelayanan, mereka    mengalamai banyak hambatan dan  tantangan terutama dari kalangan turunan  Eropa.Tahun 1827  pelayanan manado diganti oleh  Ds. G. J. Helendoorn. 4 tahun kemudian tahun  1831 dikirim lagi 2 Orang pelayan yaitu : Johann Friedrich Riedel dan Johann GottliebSchwars.

Tahun 1855, NZG  mengutus S.D. van der Velde van Capellen dari Minahasa ke sangihe dan membaptis 5033 orang.Ketika itu S.D. van der Velde van Capellen sedang  bertugas di Tareran,Minahasa. Atas kujungan  tersebut  dilaporkanlah keadaan jemaat  kristen sangihe  yang  terlantar  kepada  NZG. Oleh  menteri  Jajahan, diberikan  jawaban bahwa  akan  diutus  empat orang Zendeling-werklieden atau  zendeling tukang. S.D. van der Velde van Capellen kembali  lagi  ke tempat  tugas  di minahasa sampai akhir  hidup  dan  dikuburkan  di lansot tareran tahun 1856.
 
  1. Masa  Zendeling – werklieden ( zendeling tukang atau  utusan tukangdalam  perhimpunan “Pendeta tukang)
Komisi Zendeling  tukang memulai  pekerjaannya di
Amsterdam tahun 1851 dan  mengutus  pekerja  injil  di
Indonesia. Komisi  telah   mengutus  sembilan orang ke
pulau  sangihe dan   talaud untuk melakukan  penginjilan.
Usaha penginjilan  ini dilakukan atas  beberapa latar  
belakang  diantaranya :
  • Kurang  lebih  200  tahun pemeliharaan  injil di sangihe terlantar.
  • Laporan  Pdt. S.D. van Der Velde van Capellen tahun 1855 tentang  kemerosotan iman  jemaat di Sangihe.
Karena  kekurangan  tenaga di Belanda, Komisi  zendeling  tukang  mengambil  beberapa  utusan    dari Jerman. Mereka  yang  diutus adalah : Carl W.L.M Schroder, E.T.Steller, F. Kelling dan A.Grohe. Kelling  dan  Grohe  ke pulau Siau mereka tiba di  Taghulandang 15 Juli 1875. Steller dan Schroder tiba di Manganitu  25 Juni 1857. Pengutusan  zendeling tukang    berakhir tahun 1858.
 
  1. Masa  Komite  Sangihe  dan  Talaud  (didirikan tahun 1887)
Pada  masa   ini  tanggungjawab   pemeliharaan iman di  pulau  sangihe dan talaud  ditangani  oleh  Komite  Sangihe  dan  Talaud.  Komite ini  didirikan di Belanda  atas  kerja  sama  dengan beberapa  badan  penginjilan. Komite hanya  bertanggung jawab  membiayai perjalanan utusan  injil sampai di Batavia, sesudah  itu  diserahkan  kepada pemerintah Hindia  Belanda melalui badan penginjilan  yang  ada  di  Manado. Utusan  injil  yang  datang  di  sangihe  dan  talaud  diambil  dari  beberapa  badan  penginjilan.

Utusan  injil  baru tiba  di  Sangihe tahun 1888. Mereka  yang   diutus  adalah : M. Kelling,W.T.Vonk, J.C.G.Ottow. Tahun 1891, siau  menerima  pekerja injil  baru  yaitu :  A.J. Swanborn,pada  saat  yang  sama  G.F. Schroder pindah  dari  talaud di pulau sangihe, dan Mr.K.G.F. Steller tiba di  Manganitu 31 mei 1899. Pada  tanggal 1 Juli 1904 pelayanan injil  di  serahkan lagi pada   komite untuk  pemeliharaan kebutuhan  rohani jemaat  kristen  protestan pribumi. Menjelang   pertengahan  tahun 1900, gereja  kristen  di sangihe  menyatakan berdiri  sendiri, tidak  terikat  lagi oleh  gereja  negara.

Sumber : BUDAYA INDONESIA.ORG
date Rabu, 29 Juni 2016

0 komentar to “AGAMA DAN KEBUDAYAAN SUKU SANGIHE”

Leave a Reply:

Kenalan yah teman-teman

Foto saya
Palu, Sulawesi-Tengah, Indonesia
Keingintahuan akan pengetahuan